Tentang Zha

^_^ Andai saja ada yang namanya perlombaan kakak terjahil sedunia. Pastilah Zhar, kakak Zha yang menjadi nominasi, bahkan malah menjadi juara. Tapi, walaupun begitu, tetap saja seorang kakak yang jahil ini masih memiliki rasa sayang pada adiknya. Jadi, pantas pula Zhar menjadi kakak terbaik di dunia. Setiap hari, bahkan setiap jam malah setiap menit, selalu ada saja kejahilan yang diperbuat kakak satu ini. Bosan rasanya Zha dengan tingkah kakaknya yang gak pernah bener. “Kaaa Zhaaaaaarr…. Siniiii!!” Teriakk Zha. “Apa adikkku bawweL!??!” Zhar segera berlari mendatangi Zha. “Lepi aku kok sudah abis batre nya.. perasaan sejam yang lalu, aku ces deeh! Pasti kakak deeh!” tanya Zha menyelidik. “Looh, kok tau.. ehh, maksud kakak, enggak! Kakak gak da make kok!” jawab Zhar bingung sendiri. “Booohooonggg! Tu hidungnya panjangg.. kayak pinokio! Berarti bohoong!” kata Zha sambil menunjuk hidung Zhar “Mana???” kata Zhar yang bingung sambil memegang hidungnya. Hidung Zhar tidaklah panjang, tapi mancung.. “Naaah, ketauan bohoong nya!! Ngaku nggak!!! Aku teriaaaak niehh! Biar mama marahin kakak” kata Zhar mengancam. “Iyaaa deeh! Kakak bawa bentar ke depan tadi! Online-online gituu! Kamu mau make? Gak bilang siih!” kata Zhar sambil mengerjipkan satu matanya. “Ya iyaaalah mau ku pake. Duuh, gmana sudaah nieh! Pinjam Laptop kakak deeh!” kata Zha “Sono ambil dalam lemari!” kata Zhar mempersilahkan Zha memasuki kamarnya. Zha memasuki kamar Zhar dan segera mengambil Laptop Zhar. “Tumben ni kakak satu baek banget” pikirnya. Zhar tersenyum kecil seakan penuh kelicikan dalam otaknya. Dibiarkan Zha, senyum licik kakaknya itu. Segera Zha bersiap turun ekskul dan membawa laptop kakaknya itu. ^_^ Sampai di sekolah, Zha dan kawan-kawan nya memang sudah tradisi membawa Lepi atau Laptop tiap turun ekskul. Yahh, online rame-rame gituu… “Looh, Zha!! Kamu kok tumben ga bawa Lepi??” tanya Aya “Ooh, kakak ku tadi jail abiss. Udah ku ces lepinya.. eh, di pake ma tu anak. Ya udah, ku pake aja laptop nye..” jelas Zha “Cape yah, punya kakak kaya kakakmu itu. Tiap hari kayaknya bawaannya sial mulu” kata Tiya “Ehh, memang cape!!” keluh Zha Zha sembari menyalakan laptopnya. Awalnya ia tenang-tenang saja. Tapi apa yang terjadi?? “Tuuut.. Tuuut… Tuuut…” Laptop gila ngomong sendiri. Kawan-kawan Zha langsung saja memandang Zha. Sumpah!! Zha sungguh malu. “Sialaaan! Kakak ku ini selaluu saja bikin malu aku! Apa kata dunia setelah mereka melihati aku? Awass aja ka’.. Tunggu pembalasanku!” pikir Zha dalam hati Zha masih membiarkan laptop itu berbunyi. “Eyy, Zha. Tu laptop ribut banget sih! Batre nya abis tuuh! Tutup! Bikin malu aja!” kata Aya menyadarkan Zha. “Oooh… iya!!” segera Zha tutup laptop itu. Tak menyangka Zha, kakaknya ini memang gak pernah tobat ngejailin Zha. Cape sudah rasanya, setiap kali di laporkan mama, tetap saja tingkahnya gak pernah bener. Pernah tersirat dalam otak Zha untuk mengantar Zhar ke psikiater. Tapi, sungguh tak tega Zha seperti itu. Terpaksa sudahh, Zha nebeng laptop Tiya. Masih penuh rasanya kekesalan nya pada kakaknya yang ia simpan dalam hati. “Lihat ajaa nantii!!” ^_^ Pulang ekskul dan sampainya di rumah… “Kaaaaaaaaa Zhaaaaaaaaaaaar..” teriak Zha membuat seisi rumah bergetar Segera Zhar lari menuju adiknya, takut adiknya mati karena teriak. “Apaaa adiikku? Hobi mu teriak mulu! Budeg ntar telinga kakak, kan ga asyiik jadinya!” tanya Zhar agak marah. “Mama mana?” tanya Zha “Mama ama ayah kan udaah berangkat ke Jogja pas kamu ekskul!” kata Zhar “Whaat?? Kok aku lupa?” kata Zha bingung “Gitu aja teriak..” kata Zhar sambil membalikkan tubuhnya dan segera pergi. “Ehh, tunggguu! Zha mau ngomong.” Kata Zha menghentikan langkah Zhar “Apa lagi? Mama sama ayah dah berangkat! Perlu kakak ulangi lagi?” “Enggak perlu. Aku cuma mau tanya sama kakak. Kakak ngejahilin aku lagi kan? Laptop kakak batre nya abis. Tau gak sih, kakak tu bikin malu aku. Apa kata dunia coba, ngeliat aku di permalukan kayak gitu. Mana terpaksa nebeng lagi. Kakak nie gimana sihh? Gak pernah rasanya aku liat kakak itu bener. Apa perlu ku anter ke psikiater? Kakak gak pernah jera sih. Apa sih mau kakak? Bisanya cuma…..” kata-kata Zha terpotong. Zhar menutup mulut Zha. Lalu pergi ngacir ke kamar tanpa sepotong kata pun. Bibir Zha manyun. Tak terima dia di cuekin kayak gitu. “Enak aja main kabur.. Tapi, ada yang beda dengan kakakku satu ini, ada apa nieh? Tumben gak ceria kayak biasanya. Jadi cuek bebek kayak gitu.. hm, perlu di selidiki rupanya! Tapi…. Malas ah!” ^_^ Pagi harinya saat turun sekolah bareng kakaknya terjahil, Zha masih merasakan keanehan pada kakaknya satu ini. “Dah nyampe tuh! Cepet gih” kata Zhar “Ohh… iya, kakak pulang kuliah kapan?” tanya Zha “Harii ini lah, memangnya kamu minta di jemput? Jalan aja gin, ato gak naek taksi sono!” kata Zhar “Yahh, kakak gak asyik ah… kan cape pulang naek taksi terus. Soalnya hari ini kayaknya aku pulang cepet. Jadi, taksi langgananku gak lewat deeh kayaknya.” “Ya udaah, kalo kakak bisa, kakak jemput kamu. Tapi kalau kamu gak ngeliat kakak sama sekali, ya udah jalan kaki aja!” kata Zhar sambil kabur ngacir dengan motornya “Yeeh, sama aja!!” teriak Zha. Zha segera memasuki gerbang sekolah dan di sambut oleh kedua sahabatnya, Aya dan Tiya. Sepertinya memang kebiasaan bagi mereka menunggu sohib yang paling lambat. Selalu Zha yang ditunggu, karena Zha lah yang paling lelet di antara mereka. “Hayy Tiya, Aya!!!” Sapa Zha “Ehh, lambat lagi kan??” kata Tiya “Duhh, lebih cepat semenit dari biasanya kok! Yuk masuk!” “Ya udaah, yukk!” kata Aya Hari ini, sekolah Zha mengadakan rapat untuk guru-guru mereka. Dan pastinya, murid-murid yang bakalan beruntung karena bisa pulang cepat. ^_^ Tepat kurang-lebih pukul 11 mereka di perbolehkan pulang. 3 jam lebih cepat dari biasanya. Zha segera menunggu kakaknya tepat di depan gerbang sekolah. Aya telah duluan di jemput oleh ayahnya, sebenarnya Zha di ajakin bareng, tapi kasian rasanya jika kakaknya benar-benar menjemputnya. “Zha, aku dah di jemput. Mau ikut gak?” tanya Tiya “Ah, enggak. Duluan aja! Aku nunggu kakak ku..” jawab Zha “Ya udah deeh.. hati-hati di jailin lagi ama kakak kamu itu!” pesan Tiya sembari pergi meninggalkan Zha Zha sudah sangat cape menunggu kakak nya. Akhirnya ia putuskan untuk jalan kaki aja. Ia pikir ia akan bertemu kakaknya di jalan. Benar saja, setelah beberapa menit melangkah, ia melihat kakaknya yang sepertinya baru saja keluar dari sebuah toko. Ia pun melangkah mendekat sampai 3 orang lelaki menghampiri kakaknya duluan. 3 orang lelaki itu langsung saja menampar Zhar bergantian, lalu menendang dan terus memukulinya. Zha tegang sesaat. Beruntunglah ada mobil yang di parkir pemiliknya tepat di samping Zha. Zha pun segera bersembunyi di balik mobil itu. Spontan Zha berteriak. “Woooooiiii, adaaaa polisiiiiii!!!!” Teriakan Zha tersebut mengagetkan 3 orang lelaki tersebut. 3 orang lelaki tersebut langsung kabur entah kemana. Zha yang merasa situasi sudah sangat aman, melangkah menuju kakaknya. “Kakak nggak apa-apa?” tanya Zha, membuat Zhar terkejut “Zha? Kamu yang teriak tadi? Makasih Zha, kakak nggak apa-apa!” jawan Zhar sambil menahan sakit Zha membawa Zhar ke tepi jalan. Ia segera membeli minum, yang di jual tepat di belakang mereka duduk. “Nih, kak. Minum dulu!” kata Zha “Makasiih!” jawab Zhar “Tadi siapa? Kok bisa kakak di pukulin gitu?” tanya Zha “Bukan siapa-siapa! Kapan-kapan pasti kakak ceritain. Tapi, kamu jangan pernah bilang ini ke ayah atau mama yah?? Kakak mohon!” kata Zhar sambil memohon. “Ya iya deeh. Tapi bener yah, kakak cerita!” Zha dan Zhar pun pulang. Zhar sudah rada mendingan, sehingga bisa lah menaiki motornya. ^_^ Sampai di rumah, setelah Zha berganti baju dan makan siang bareng dengan kakaknya. Di sela makannya, “Zha, kamu sudah punya pacar?” tanya Zhar, membuat Zha kaget “Belum lah kak.. kok kakak nanya gitu?” tanya Zha balik “Gak apa-apa.. cepetan kamu cari pacar yah!” jawab Zhar “Ih, kok gitu sih… Ngapain juga nyari pacar. Buang-buang waktu ajaa..” kata Zha “Pokoknya cepetan cari deh. Kalo bisa cari pacar yang bisa melindungi kamu! Yang tahan banting. Gak kayak kakak..” kata Zhar “Kok kakak gitu sih, kakak kayak nya berubah deeh? O,yha… kapan ceritanya. Trus gimana? Udah baikan badan kakak?” “Uaah, banyak pertanyaan nya! Kapan-kapan kakak cerita, sekarang bukan saatnya en kakak nggak ngerasa berubah kok. Kalo badan kakak, udah baikan. Kan ada kamu yang tadi nyumbangin suara buat ngusir 3 makhluk keji itu!” kata Zhar sambil tersenyum membangga-bangga kan Zha yang sebenarnya tidak pantas di banggain. ^_^ Esok harinya, hari minggu…. Pagi-pagi sekali Zhar sudah pergi ke luar rumah entah kemana. Padahal, Zha masihh terlelap dalam tidurnya bersama mimpi-mimpi yang ada di kepalanya itu. Mba Rahma membangunkanya, Mba Rahma adalah seorang yang selalu membantu pekerjaan rumah di rumah itu. Mereka tak pernah menyebut Mba Rahma sebagai pembantu, karena mereka menganggap Mba Rahma adalah bagian dari keluarga mereka. “Mba Zhaaa, bangun mba! Udah pagi! Mas Zhar aja udah jalan tuh!” teriak Mba Rahma membangunkan Zha dari luar kamar “Oh, iyaaaa. Zha udah bangun kok. Makasih Mba..” teriak Zha balik dengan nada malas. Mba Rahma meninggalkan kamar Zha. Tak tau dia kalau Zha sebenarnya masih belum bersemangat untuk bangun. Tiba-tiba, Zha teringat akan sesuatu, “Oh No!!… hari ini, hari minggu. Kan aku janji mau jogging bareng Tiya ama Aya. Duh, kok bisa lupa… Arghhh…” segera Zha berlari ke kamar mandi, mandi secepat kilat seperti bebek dan segera berganti baju. Setelah itu ia berlari keluar kamar, menuju ruang makan, mengambil sepotong roti dan langsung melahapnya habis. Ia segera memakai sepatu dan berlari keluar rumah menuju taman kompleks yang tak jauh dari rumahnya. “Tuh kan lelet lagi!” kata Aya “Sorry…. maaf deh!” kata Zha “Udah lah, yuuk!!!” kata Tiya sambil menarik tangan Zha dan Aya Setelah cukup lama berlari, mereka istirahat sejenak di kursi taman. “Pagi yang cerah..” kata Zha ceria “Btul itu…” sambung Tiya. Aya menoleh ke arah lain. Ia tampak serius memperhatikan orang yang berada tepat di belakang mereka, walau tertutup semak-semak. “Ssst.. diem bentar. Dengar deh, yang di belakang!” perintah Aya sambil mencoba mendengar pembicaraan orang tersebut. Zha dan Tiya ikut-ikutan diem dan ikut pula mendengarkannya. “………… kamu tau kan aku suka dia. Tapi kenapa kamu halangi! Padahal kalau kamu bantu aku buat deket dengan Zha, kamu bakal dapat bagian. Kamu kan kakak nya!” kata salah seorang dari mereka “.. kamu pikir aku sudi adikku pacaran sama kamu. Jangan harap. Adik ku tak pantas sama orang kayak kamu. Zha dan aku, Zhar tak pernah mau berurusan dengan kamu” kata salah seorang lagi, sesekali terdengar suara pukulan. Zha tercengang mendengar namanya dan nama kakaknya di sebut-sebut. Makin penasaran dirinya. Ia pun memberanikan diri mengintip di balik semak-semak. “Hah? Kak Zhar??” kata Zha dalam hati. Kedua orang tersebut meninggalkan taman. Kak Zhar, tampak lesu karena sepertinya ia yang dipukuli tadi. “Aya, Tiya.. aku mau pulang duluan yah!” kata Zha “Ya udaah… silahkan duluan!” kata Tiya dan Aya bersama-sama, mereka tau Zha harus bertemu Zhar saat ini. ^_^ Sesampainya di rumah. Zhar yang duluan sampai, menampilkan ekspresi seperti orang yang baru saja bangun tidur. Zhar sepertinya menutupi hal yang terjadi pada dirinya di taman sebelumnya. “Kakak dari mana?” tanya Zha curiga “Loh, harusnya kakak yang tanya kamu dari mana?? Jelas, kakak dari kamar. Gak liat apa kakak baru bangun gini.” Kata Zhar “Jangan bohong deh kak.. gimana? Badan nya makin sakit setelah ke taman?” tanya Zha “Looh, kok kamu tau… kamu dari mana?” tanya Zhar balik “Aku dari taman. Kakak nyembunyiin apa sih dari Zha..? Udah dua kali ku liat kakak dipukuli seperti itu.” “Maafin kakak Zha!!” Zhar menarik tangan Zha ke kamarnya. Zhar mendudukkan Zha di kursi belajarnya. Sedangkan ia, membongkar-bongkar sesuatu dalam lacinya. “Nih, liat dulu!” kata Zhar sambil menyodorkan selembar foto ke Zha “Foto siapa ini?” tanya Zha bingung “Kamu liat kakak tadi di taman, berarti kamu pernah melihat orang ini kan?” tanya Zhar “Ooh, iya. Ini orang yang tadi ngomong ama kakak kan? Dan orang yang memukuli kakak!” kata Zha Zhar terdiam sesaat. Suasana sangat hening, Zha tak berani bertanya lagi. Ia takut kakaknya marah. “Dia Deni, teman kuliah kakak. Dia orang kaya yang paling sombong, sangat angkuh. Apa aja yang ia mau, harus dituruti jika nggak mau mati. Kakak sebenarnya nggak begitu dekat dengan Deni. Karena kakak memang beda jurusan dan beda angkatan. Deni selalu menggunakan kekerasan kalau keinginannya mau di penuhi. Seperti sekarang,….” Zhar menarik nafas sejenak. Zha sama sekali belum pernah melihat kakaknya seperti ini. Ia makin tak berani berkata apapun. “Dia suka sama kamu Zha. Kakak tau itu dari anak buahnya. Anak buahnya itu memberitahukan ke Deni, kalau kamu adik kakak. Memang kakak sebel. Seharusnya kakak senang, ada yang naksir sama kamu. Kan artinya kamu bisa punya temen baru. Tapi kakak sama sekali nggak ngerasa itu. Kakak malah takut untuk bilang ke kamu. Kakak nggak mau kamu pacaran ama Deni. Kamu akan terjerumus dalam muslihatnya. Kakak takut kamu ikut-ikutan kayak dia. Beberapa hari yang lalu, dia minta ke kakak untuk nyomblangin kamu sama dia, tapi kakak nggak mau. Masa sih, kakak ngerelain adik kakak pacaran sama dia hanya demi bayarannya. Itu namanya kakak udah tega ngejual kamu..” jelas Zhar panjang lebar Zha tercengang sesaat. Dan memberanikan diri untuk bertanya. “Jadi itu yang membuat kakak berubah?” tanya Zha “Yah, mungkin. Kamu janji yah sama kakak, kalau suatu saat kamu ketemu Deni. Jangan kamu ikuti maunya untuk jadi pacar kamu!” kata Zhar “Kakak baik banget siih… baru kali ini aku ngeliat kakak seperti ini. Kakak nggak coba bilang ke dia, kalau aku sama sekali nggak mau pacaran?” Tanya Zha “Percuma Zha, malah kakak bakal di pukulin kalau bilang itu.. bantu kakak cari ide dong..”jawab Zhar “Okeh, aku sudah temukan idenya. Nggak perlu jauh-jauh. Kakak tinggal bilang langsung aja ke dia. Kalau Zha nggak mau sama dia. Beress kan??? Kalau kakak dipukuli, aku yang bela kakak!” kata Zha yakin “Nggak usah. Kakak udah ngerencanain itu dari dulu. Tapi kamu jangan ikut-ikutan..” pinta Zhar “Kakak yakin aku nggak ikutan?? Zha nggak di percaya gitu??” Zha kurang yakin “Bukan nya kakak nggak percaya. Tapi kamu bakal di aniaya ama mereka nanti.” Kata Zhar tegas “Ya udah terserah kakak. Kalau pulang-pulang babak belur, kakak memang nggak bisa di banggain!” kata Zha sambil meninggalkan kakaknya. Sebenarnya ini masalah besar, tapi entah mengapa Zha anggap ini masalah ringan yang enteng tanpa berat. Ia tampak bangga dengan kakaknya. Mungkin bila kakaknya nggak seperti itu, tentu saja ia sudah berpacaran dengan Deni. Ingin rasanya Zha mencakar muka Deni, ia tak berani membayangkan betapa sombongnya Deni itu. Bayangkan saja, apapun yang dia mau harus dilakukan jika ingin masih bernyawa. Selalu dengan uang ia bisa melakukan itu semua. Orang tuanya kemana selama ini?? Sampai-sampai anak yang kayak setan itu berkeliaran. Dikamar, Zhar sudah menyusun rencana. Ia memang harus jujur ke Deni kalau sebenarnya Zha tak pernah suka dengan nya. Zhar rela mati, asalkan adiknya itu tak bersama Deni. Satu hal yang Zha tak tau dari Deni, Deni itu adalah musuh bebuyutan Zhar. Waktu SMA dulu, Zhar yang waktu itu kakak kelas Deni, adalah orang terpintar di SMA itu, yah, walau cuma seangkatan pinternya. Deni benci sekali dengan orang-orang yang hebat karena kepintarannya, ia tak suka ada yang mengalahkan ketenarannya. Berbagai cara telah di lakukan Deni untuk membuat Zhar menjadi orang yang derajatnya dibawahnya. Tidak hanya itu, kuliah Zhar juga sering terganggu karena Deni selalu menghalang-halangi Zhar. Deni sebenarnya ingin sekali Zhar menjadi anak buahnya, ia ingin Zhar berubah menjadi orang yang angkuh seperti dirinya. Entah apa yang harus di banggakan dari Deni, Deni sendirilah yang membangga-banggakan dirinya dengan uang-uang dari kekayaan ayahnya itu. (Orang uang ayahnya, kok di banggain… ckckck). Orang tuanya sendiri pergi ke luar negeri karena urusan kerja, jarang sekali pulang ke Indonesia untuk menjenguk anaknya yang gak keruan ini. ^_^ Tiga hari setelah kejadian itu. Tepat saat hari libur. Zhar sudah bangun pagi-pagi sekali. Ia bersiap ingin pergi entah kemana. Diam-diam Zha, yang hobi tidur itu, telah bangun jauh lebih pagi dari kakaknya itu. Zha rupanya juga telah menyusun rencana untuk membantu kakaknya itu. Zhar mengendap-endap keluar rumah. Setelah agak jauh, Zha keluar dari tempat persembunyian (emangnya maen petak umpet??). ia mengikuti kakak nya itu. Sayang sekali, Zhar keluar rumah dengan motornya. Zha berlari sekuat tenaga. Menuju jalan keluar kompleks mencari taksi. Tak lama kemudian, berhenti sebuah taksi tepat di depan Zha. Zha langsung aja masuk. “Mau kemana Mba?” tanya supir taksi “Mau ke taman kota.. cepetan yahh!!!” jawan Zha, Zha tau kakaknya akan ke taman kota. Tak sengaja ia mendengar pembicaraan Zhar dengan Deni melalui telpon waktu itu. Tak beberapa lama kemudian, sampai lah juga ia di taman kota. Segera ia membayar ongkos taksi dan kabur mencari kakaknya. “Uhh, dimana yah? Seingatku kakak janjian di taman kota. Itu doang, gak ada lagi..” pikir Zha Beberapa lama ia berfikir. Ia melihat sebuah mobil sedan memarkirkan diri tepat di sebelah Zha. Ia melihat orang yang turun dari mobil itu, itu DENI!!! Zha langsung terdiam gugup. Deni memberi Zha sedikit senyum, lalu pergi meninggalkannya. “Betul banget itu Deni!! Argh, napa bisa aku ketemu setan kayak dia. Sudah buat kakak ku sengsara juga.. Dia pikir aku kesini buat jadi pacarnya apa?? Ihh, gak sudii aku!” kata Zha dalam hati Deni menghampiri Zhar. Ia selalu membawa anak buahnya kemana ia pergi. Yah, sekedar jadi body guard gituu… “Kamu udah tepati janji Zhar, rupanya kamu tergiur juga dengan bayaran ku!!” kata Deni “Apa maksud mu?? Aku ngajak kamu ketemuan buat ngomong, kalau Zha itu sama sekali nggak suka sama kamu. Lagipula adik ku itu pengen ngencerin otak dulu. Mana mau dia pacaran sama kamu!!” kata Zhar “Dasar bodoh! Kamu pikir aku gampang di tipu gitu?? TIDAKK!! Buktinya ada Zha tadi di depan..” kata Deni “Zhaa?” tanya Zhar dengan dirinya dalam hati Deni menyuruh anak buahnya memukul Zhar. Belum sampai pukulan itu mengenai tubuh Zhar, Zha muncul tepat di samping Zhar dengan tiba-tiba. “Eh, loe yang namanya Deni?? Gila loe, mau bunuh kakak gue yang baeeek ini? Jangan ngarep. Gue ade’ nya gak rela loe sakitin kakak gue!!!” laga Zha belagu “Zha? Ngapain kamu disini?” tanya Zhar “Udahlah Zha, dia itu udah ngehalangi hubungan kita. Aku tuh suka sama kamu… Salahin kakak mu itu tuh. Masa dia ngehalangi aku….” bela Deni “Siapa yang berani nyalahin kakak gue… Kakak gue tuh bener. Gak kayak loe, duit orang tua di bangga-banggain… Gak nyadar loe?? Sekali lagi gue peringati ma loe! Berani loe suruh body guard loe mukul kakak gue, loe berhadapan ama gue!! Gue juga bisa lakukan apapun yang gue mau!!” Zha menarik tangan Zhar meninggalkan tempat itu dan menuju parkiran. “Yuk, ka! Pulang!! Aku masih ngantuk….” Pinta Zha “Haaaa… Ha…. Haaaaaa….” Tawa Zhar, membuat Zha makin cemberut “Kenapa ketawa, lucu yah tadi?” tanya Zha dengan girang, menghilangkan cemberut dari wajahnya “Nggak, sama sekali nggak lucu. Kamu kok bisa tau kakak disini??” tanya Zhar “Ya dongg… Zha gituu loooh…” “Bangga kakak!” kata Zhar, diem-diem meraih rambut Zha, lalu menariknya. Setelah itu menginjak kaki Zha. “Aaaargh…. Sakit kak!” kata Zha “Aduh, cepetan.. kakak itung sampai 10 neh…. 1,2,10…….. Daaaah!!” goda Zhar “Kaaaa Zhaaaar.. tunggu!!!!” teriak Zha sambil berlari mendekati kakaknya itu. Mereka pun pulang… ^_^ Keesokan harinya, “Kok murung lagi? Kemaren kan udah selese masalahnya ..” tanya Zha saat melihat Zhar melamun dengan bibir seolah membentuk setengah lingkaran ke bawah “Kakak bingung Zha, hari ini kakak ada mata kuliah. Kakak jadi takut ke kampus.” Jawab Zhar “Kakak ku satu ini ternyata gak pantas di banggain yah! Yang namanya Zhar itu harus berani dong.. kakak takut babak belur? Duh kak, kakak deketian aja dosen yang paling menyeramkan. Kalo kayak gitu, kan dia gak berani mukul kakak….” Kata Zha mengusulkan “Btul juga, kakak harus berani. Demi adik kakak tercinta ini…” kata Zhar sambil mengambil roti yang di pegang Zha, yang sebelumkan akan di santap Zha. “Argh.. mulai jahilnya… “ kata Zha cemberut ^_^ Sepulang sekolah… “Zha, tumben kamu di jemput…” kata Aya “Di jemput taksi maksudnya? Itu mah biasa!!!” kata Zha “Bukaan.. itu! Kakak mu..” kata Tiya menjelaskan Zha “Mana?” kata Zha mencari-cari “Oh, iya… duluan yah…” kata Zha meninggalkan Aya dan Tiya sambil tersenyum. Zha mendekati Zhar. “Heyy, kakak ku… tumben jemput..” kata Zha “Ya dong… kakak mau nraktir kamu… kamu mau kemana??” tanya Zhar “Beeh, duit banyak nih.. Kemana aja deeh… Asal gak di jailin lagi..” kata Zha “Oke.. kakak juga mau cerita..” kata Zhar Mereka pun sampai di tempat makan tujuan. Setelah memesan, Zhar angkat bicara. “Kamu tau gak Zha?” tanya Zhar “Ya, gak lahh kak!” kata Zha “Deni pindah kuliah. Dia disuruh ikut ayah ama maminya ke luar negeri. Kakak tau itu dari dosen kakak yang paling menyeramkan. Padahal kakak mau ikutin saran kamu. Ehh, malah keberuntungan yang kakak dapat..” “Waah, mantaaaaap, makanya kakak nraktir aku??” “Ya dongg… bangga kakak dengan kamu. Kakak nggak bisa bayangin mukanya setelah kamu bentak-bentak waktu itu. Apalagi saat dia di paksa ortu nya ikut ke luar negeri..pasti lucu..” kata Zhar “Haaa….Haaa…. Ha…” mereka tertawa bersama Saat pelayan mengantarkan pesanan mereka, tawa itu terhenti sejenak. Pelayan pergi, tawa itu pun mereka lanjut. “Aku bangga dengan semua itu.. Ini hanya masalah kecil dalam hidupku, hanya kenangann….” Pikir Zha dalam benaknya, sampai-sampai ia tak menyadari, Zhar memberi sambal pada makanan Zha. Saat Zha menyantap makanan itu, “Whuuuuaaaaa….. Peeeeedddeeeeeeeessss….” ^_^ SeLesai ^_^

Tinggalkan komentar